Wartacianjurnews.com – Langkah kaki terasa berat ketika menapaki jalan di Kampung Sawahlega, Desa Cibanggala, Kecamatan Campakamulya, Kabupaten Cianjur. Tanah merah yang basah bercampur bebatuan lepas menyambut siapa pun yang lewat. Sisa jejak ban motor dan tapak kaki membentuk alur-alur licin, membuat siapa pun yang berjalan harus ekstra hati-hati.
Di kiri-kanan jalan, rumpun bambu dan semak hijau tampak subur. Sebuah selang biru memanjang di tepi jalan, seperti teman setia yang membentang mengikuti lekukan tanah. Namun keindahan alam ini kerap dibayar mahal oleh warga ketika hujan turun. Jalan yang tadinya keras menjadi licin, mengundang “permainan” tak diinginkan antara kaki dan lumpur.
“Mun geus usum hujan mah, sok aya wae anu tiguling,” ujar Darman (45) seorang warga sambil tertawa getir. Tertawa untuk menutup rasa was-was, karena setiap perjalanan di sini adalah pertaruhan keseimbangan. Motor-motor sering terlihat ‘nyuksruk’, moncongnya tertanam ke tanah, entah karena selip atau tak kuasa menanjak.
Di musim kemarau, jalan ini masih bisa dilewati dengan sedikit perjuangan. Tapi begitu hujan tiba, ia berubah menjadi lintasan penuh tantangan. Tak ada pilihan lain, warga tetap harus melintas demi sekolah, belanja ke pasar, atau sekadar bertemu kerabat.
Di tengah rintangan itu, terlihat semangat khas kampung, saling bantu. Jika ada motor tergelincir, tangan-tangan segera terulur menarik, mendorong, atau mengangkat. Meski lelah, meski pakaian belepotan lumpur, mereka tetap melanjutkan perjalanan, karena di ujung jalan ini, ada rumah, keluarga, dan kehidupan yang menunggu. (Fadilah Munajat)
Comment