Wartacianjurnews.com – Di sebuah rumah sederhana di Kampung Cibenda, Desa Cikaroya, Kecamatan Warungkondang, seorang pemuda duduk bersila di atas karpet tipis. Tubuhnya tampak lemah, wajahnya penuh bekas luka, dan tangannya sulit digerakkan. Ia bernama Rendi, (22), karyawan rumah makan Padang yang hidupnya berubah drastis akibat ledakan gas LPG 3 kilogram.
Ledakan itu bukan hanya membakar kulitnya, tetapi juga merenggut sebagian besar gerak normal tubuhnya. Kedua tangannya kini membeku dalam posisi kaku, jari-jarinya tidak lagi bisa menggenggam sempurna. Luka lama itu telah mengering, namun menyisakan jejak perih yang jauh lebih dalam: keterbatasan.

Kepala Desa Cikaroya, Encep Mahmudin, menceritakan bahwa Rendi mengalami musibah ketika sedang berusaha memperbaiki kompor di tempatnya bekerja.
“Rendi harus dioperasi. Tapi dia tidak punya biaya,” ucap Encep lirih setelah menjenguk warganya itu.
Waktu terus berjalan, luka Rendi memang sempat diobati, tetapi tanpa tindakan operasi, kondisinya kian sulit. Dokter menyarankan agar segera dilakukan operasi agar tangan dan jarinya bisa kembali bergerak. Sayangnya, biaya operasi masih menjadi tembok tinggi yang belum bisa ia panjat.
Kini, setiap hari Rendi hanya bisa duduk, menatap kedua tangannya yang kaku. Senyum sesekali ia coba hadirkan, tetapi sorot matanya menyimpan kerinduan: kerinduan akan hidup normal, bisa kembali bekerja, dan mandiri seperti dulu.
Pemerintah desa tengah berupaya mencarikan jalan agar Rendi bisa mendapat operasi. Namun, hingga saat ini, harapan itu masih menunggu uluran tangan orang-orang yang peduli.
Di balik tubuh yang penuh bekas luka itu, Rendi menyimpan semangat untuk sembuh. Semangat seorang anak muda yang masih ingin meraih masa depan. Ia hanya butuh kesempatan, dan sedikit keajaiban dari hati yang tergerak untuk membantu. (Fadilah Munajat).
Comment