Mentari yang Membawa Air Harapan Baru Petani Tadah Hujan Cidaun

Warga dan petugas bergotong royong memasang panel surya dalam upaya pembangunan irigasi perpompaan tenaga surya di Kecamatan Cidaun, sebagai bagian dari program perluasan lahan tanam untuk mendukung swasembada pangan.

Wartacianjurnews.com – Di tengah teriknya matahari yang membakar lahan, Supendi (52), seorang petani dari Desa Sukapura, tersenyum lebar. Kali ini, matahari bukan lagi musuh yang menyengat kulit atau mengeringkan harapannya. Kini, matahari adalah sekutu yang membawa kehidupan, memompa air dari sumur untuk mengairi sawahnya yang dahulu hanya menanti hujan turun.

“Dulu, kalau kemarau datang, kami hanya bisa pasrah,” ujar Supendi sembari menatap aliran air dari selang besar yang tersambung ke pompa tenaga surya. “Sekarang, alhamdulillah, sawah tetap bisa ditanami meski musim kering.”

Warga dan petugas bergotong royong memasang panel surya dalam upaya pembangunan irigasi perpompaan tenaga surya di Kecamatan Cidaun, sebagai bagian dari program perluasan lahan tanam untuk mendukung swasembada pangan.

Kecamatan Cidaun dikenal dengan banyaknya lahan sawah tadah hujan, sawah yang hanya bisa ditanami saat musim hujan tiba. Bagi petani seperti Supendi, itu berarti penghasilan musiman dan ketergantungan pada langit. Namun sejak program irigasi perpompaan tenaga surya diluncurkan, keadaan mulai berubah.

Program ini merupakan bagian dari upaya mendukung Swasembada Pangan Kementerian Pertanian RI melalui peningkatan Luas Tambah Tanam (LTT). Inovasi ini dikembangkan di dua desa, Sukapura dan Cidamar. Tenaga matahari digunakan untuk menggerakkan pompa yang mengambil air dari sumur bor maupun permukaan, tanpa membutuhkan bahan bakar minyak.

“Kami tidak perlu beli solar atau bensin. Pompa bisa jalan seharian karena pakai tenaga surya. Biaya produksi jadi jauh berkurang,” ujar Supendi yang tergabung dalam kelompok tani lokal.

Menurut Kepala UPTD Pertanian Kecamatan Cidaun, Wawan Kuswa, proyek ini tidak hanya soal teknologi, tapi juga soal keberpihakan pada petani kecil. “Kami ingin petani tetap bisa tanam padi di musim kering, tanpa membebani mereka dengan biaya operasional tinggi. Ini energi baru, solusi baru,” katanya.

Proyek yang dikerjakan secara swakelola ini melibatkan petani sejak awal, mulai dari survei hingga pelaksanaan. Tak hanya menambah luas tanam, 5 hektare dari sumur bor dan 20 hektare dari air permukaan, program ini juga menambah rasa percaya diri dan optimisme petani di desa.

“Kalau panen bisa dua kali setahun, anak saya bisa terus sekolah tanpa harus bantu ke sawah dulu,” kata Nurlela, istri Supendi, yang sejak awal mendukung penuh inovasi ini.

Di tengah tantangan perubahan iklim, krisis pangan, dan keterbatasan akses petani kecil terhadap infrastruktur modern, program irigasi tenaga surya ini menjadi cahaya harapan. Di Cidaun, cahaya itu datang tepat dari langit, bukan dalam bentuk hujan, tapi sinar matahari yang diubah menjadi kekuatan untuk bertani. (Fadilah Munajat)

banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600 banner 1131x1600

Comment

banner 1131x1600