Wartaciaanjurnews.com – Saat musim kemarau tiba dan sumur-sumur mulai mengering, warga Desa Parakantugu di Kecamatan Cijati, Kabupaten Cianjur, menemukan ketenangan dan harapan dalam aliran Sungai Cibuni. Sungai yang jernih dan mengalir deras ini menjadi sumber kehidupan penting bagi mereka, bukan hanya untuk mencuci dan mandi, tapi juga untuk menjaga warisan kebersamaan dan kearifan lokal yang terus mengalir seperti airnya.
Pagi itu, deru air sungai yang mengalir di antara bebatuan terdengar menyatu dengan suara tawa anak-anak yang bermain air. Di tepi sungai, beberapa ibu tampak sibuk mencuci pakaian sambil berbincang hangat. Salah satunya, Endah (35), mengaku sudah sejak kecil terbiasa memanfaatkan Sungai Cibuni saat musim kemarau datang.
“Dari zaman saya kecil, kalau musim kemarau air sumur di rumah sering kering. Jadi kami ke sungai. Airnya bersih, dingin, dan deras. Sudah seperti sahabat hidup,” ujar Endah, sambil membilas cucian di antara bebatuan.

Sungai Cibuni bukan hanya menjadi tempat membersihkan tubuh dan pakaian, tapi juga menjadi ruang pertemuan sosial antarwarga. Di sana, cerita kehidupan ditukar, tawa dibagi, dan keluh kesah diredakan.
Musim kemarau yang bagi sebagian orang menjadi tantangan, justru menjadi waktu untuk kembali menyatu dengan alam bagi warga Parakantugu. Mereka memaknai sungai bukan hanya sebagai sumber air, tetapi juga sebagai tempat untuk menjaga silaturahmi dan mempererat kebersamaan.
“Kadang saya bawa anak-anak juga, biar mereka tahu rasanya mandi di sungai. Sekalian ngajarin mereka buat jaga alam,” tambah Endah.
Sungai Cibuni, yang tetap mengalir meski kemarau melanda, menjadi simbol keteguhan warga dalam menjalani hari-hari. Di tengah keterbatasan, mereka tak menyerah. Mereka tetap hidup, tetap tertawa, dan tetap menjaga alam yang memberi mereka kehidupan.
Sungai itu tak hanya membawa air, tapi juga cerita, tentang kebersamaan, ketabahan, dan rasa syukur yang terus mengalir di hati warga Desa Parakantugu. (Fadilah Munajat)
Comment