Lansia Terlantar di RSUD Sayang: Ironi UHC Cianjur, BPJS Lancar Tapi Pelayanan Macet

Wartacianjurnews.com – Seorang lansia bernama Tati Rusmiati (75), warga Kampung Cisalak, Desa Sukawangi, Kecamatan Warungkondang, terpaksa mencari rumah sakit lain setelah RSUD Sayang Cianjur menolak karena alasan ruangan penuh dan tidak tersedia pelbet bagi pasien baru.

Ironisnya, Tati merupakan peserta aktif BPJS Kesehatan dengan iuran yang rutin dipotong dari uang pensiunnya setiap bulan. Keluarga sudah membawa Tati ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sayang, namun hanya disarankan menggunakan kursi roda, padahal kondisinya tak memungkinkan duduk lama.

Suasana padat di IGD RSUD Sayang Cianjur, pasien dirawat di pelbet darurat sementara keluarga menunggu di lorong rumah sakit.
Foto: Situasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sayang Cianjur terlihat penuh dengan pasien yang dirawat di pelbet darurat, Selasa (7/10/2025). Sejumlah keluarga pasien menunggu di lorong karena ruang perawatan tidak mencukupi.

Petugas jaga IGD RSUD Sayang, Atep, menjelaskan bahwa saat ini ruangan IGD sudah penuh dengan lebih dari 100 pasien. Bahkan, sebagian pasien sudah bertahan hingga empat hari di IGD karena belum mendapatkan kamar perawatan.

“IGD ini penuh, sudah lebih dari 100 pasien dan belum dapat ruangan. Ada juga yang sudah sampai empat hari di sini,” ujar Atep saat ditemui di RSUD Sayang, Selasa (7/10/2025).

Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, I Made Setiawan, mengakui terjadinya lonjakan pasien di RSUD Sayang, termasuk kasus Tati yang tak tertangani optimal.

“Sudah ngobrol juga dengan Direktur RSUD Sayang, memang kemarin itu IGD penuh, tetapi sudah ditangani dengan baik,” kata I Made Setiawan.

Menurutnya, status Cianjur yang kini Universal Health Coverage (UHC) menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit.

“Mungkin juga karena dampak Cianjur sudah berstatus UHC, mungkin juga ada lonjakan penyakit,” ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi, Dinkes Cianjur berupaya mengoptimalkan pelayanan Puskesmas agar tidak semua pasien dirujuk ke rumah sakit.

“Kami sudah maksimalkan rawat inap dan rawat jalan di Puskesmas, baik tempat tidur maupun tenaga medisnya,” tutup I Made.

Kondisi IGD yang penuh sesak ini menjadi potret buram sistem kesehatan daerah, di mana kebijakan UHC belum diimbangi peningkatan fasilitas dan daya tampung rumah sakit. (Ben)

Comment