Komunitas Bagong mogok bantu bangun rumah Bu Ipong di Sukanagara

WartaCianjurnews.com – Di tengah pesatnya pembangunan, masih ada warga di Desa Sukamekar, Kecamatan Sukananagara, yang harus berjuang melawan kerasnya hidup di rumah yang tak layak huni.

Kisah pilu ini dialami oleh Ibu Ipong, seorang warga lansia yang menempati rumah warisan yang nyaris roboh. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, realisasi bantuan tampaknya terganjal oleh birokrasi dan keterbatasan kuota.

​Rumah Ibu Ipong yang terletak di wilayah Kp. Mekarbaru Rt/02 Rw 01 sudah sangat memprihatinkan. Dinding dan atapnya lapuk dimakan usia, membuat rumah tersebut sangat rentan roboh, terutama saat hujan deras.

“Sudah roboh, lapuk termakan waktu, Pak,” ungkap Kepala Desa Sukamekar, Yepi Girindani, di lokasi, Sabtu (13/9/2025).

​Sejak tahun 2024, berbagai proposal pengajuan bantuan perbaikan rumah, khususnya program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), telah diajukan. Namun, hingga kini, tak ada satupun yang terealisasi.

Menurut narasumber yang diwawancarai, hambatan utama terletak pada keterbatasan kuota BSPS untuk Desa Sukamekar.

“Kita mentok di kuotanya,” katanya.

Yepi mengatakan, Kendala serupa juga terjadi pada pengajuan BPJS Kesehatan, di mana aktivasi dan asesmen berada di bawah kewenangan Dinas Sosial. Meskipun data Ibu Ipong sudah masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), prosesnya terhambat oleh masalah yang sama.

​Situasi ini tidak hanya dialami oleh Ibu Ipong. Di Desa Sukamekar, masih ada sekitar 20 rumah lain yang kondisinya serupa.

“Sukamekar desa paling luas, paling padat penduduknya dari 10 desa se-Kecamatan,” katanya.

​Di tengah kebuntuan birokrasi, uluran tangan datang dari komunitas. Berkat bantuan dari Gopar Fraksi PKB Komunitas Bagong Mogok, pengerjaan perbaikan rumah Ibu Ipong akhirnya dimulai.

“Alhamdulillah tidak perlu waktu lama. Berdasarkan instruksi beliau, hari sebelumnya (rumah) dirobohkan dan langsung disuplai barang,” ungkapnya.

​Saat ini, pengerjaan rumah Ibu Ipong sudah mencapai 40% dan diperkirakan akan selesai dalam dua minggu. Selama ini, Ibu Ipong dan suaminya tinggal bersama kedua anaknya. Keseharian Ibu Ipong diisi dengan membantu di sebuah kantin sekolah milik Ibu Siti.

​Kisah Ibu Ipong menjadi pengingat bahwa di balik data dan statistik, masih ada banyak individu yang membutuhkan perhatian serius. Pemerintah daerah diharapkan dapat mempercepat proses dan menambah kuota bantuan agar lebih banyak warga yang bisa mendapatkan hunian layak dan akses kesehatan yang memadai.***

 

 

Comment