Wartacianjurnews.com – Suara gemericik air sungai Cisokan masih terdengar lirih, mengalun di antara bebatuan yang kokoh di bawah jembatan tua. Angin sore membawa aroma tanah basah dan dedaunan, menghadirkan suasana damai yang nyaris tak menyisakan jejak getir masa lalu. Namun, di balik keheningan itu, Jembatan Cisokan di Cianjur menyimpan kisah heroik yang menjadi bagian penting perjalanan bangsa.
Berdiri sejak tahun 1880, jembatan ini bukan sekadar bangunan besi dan beton. Ia adalah saksi bisu pertempuran sengit pejuang Indonesia melawan pasukan Sekutu di awal kemerdekaan. Di sinilah, pada jalur konvoi vital antara Jakarta–Bandung, darah para pejuang tumpah demi mempertahankan kedaulatan yang baru saja diproklamasikan.
“Di tebing-tebing ini dulu pejuang kita bersembunyi, menunggu waktu tepat untuk menyerang. Mereka tahu pasukan asing akan lewat jembatan ini, karena jalurnya sangat strategis,” tutur Asep (67), warga sekitar yang kerap mendengar cerita langsung dari ayahnya, seorang saksi hidup masa pertempuran.
Bayangan pertempuran itu seakan hadir kembali ketika membayangkan dentuman senjata, teriakan, dan semangat tak kenal takut para pejuang yang hanya berbekal tekad, melawan pasukan dengan persenjataan lengkap. Jembatan Cisokan menjadi medan laga yang menguji keberanian sekaligus meneguhkan arti kemerdekaan.

Kini, delapan puluh tahun sudah Indonesia merdeka. Tahun 2025 ini, saat bendera merah putih kembali berkibar di setiap sudut negeri, Jembatan Cisokan tak lagi dipenuhi suara tembakan, melainkan keceriaan anak-anak yang berlarian di sekitarnya. Warga berkumpul, memasang umbul-umbul, dan menggelar berbagai perlombaan untuk merayakan HUT RI ke-80.
“Kalau dulu pejuang kita berjuang dengan darah, sekarang kita mengisi kemerdekaan dengan cara lain, menjaga persatuan dan melestarikan sejarah,” ujar Irawan (45), seorang guru sejarah di Ciranjang yang sering mengajak siswanya belajar langsung di lokasi jembatan.
Di sinilah esensi kemerdekaan itu terasa begitu dekat. Bahwa perjuangan bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga bagaimana generasi hari ini menjaga ingatan dan meneruskan cita-cita. Jembatan Cisokan, dengan segala kisah getir dan heroiknya, menjadi pengingat bahwa kemerdekaan yang kita rayakan setiap 17 Agustus bukan hadiah, melainkan hasil dari darah dan pengorbanan.
Dan di usia ke-80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Jembatan Cisokan berdiri tegak, tak hanya sebagai bangunan bersejarah, tetapi juga sebagai simbol bahwa bangsa ini pernah berdiri melawan dengan segala keterbatasan, dan menang. (Fadilah Munajat)













Comment