Wartacianjurnews.com – Udara sore di Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, terasa berbeda. Suara ketukan palu bersahut-sahutan, bercampur dengan gelak tawa warga yang tengah sibuk memoles gapura di ujung jalan desa. Anak-anak berlarian membawa bendera kecil, sementara para pemuda berdiri di atas tangga bambu, mengikat umbul-umbul merah putih yang melambai tertiup angin.
Gapura atau yang akrab disebut kaca-kaca itu berdiri megah di setiap sudut kampung. Terbuat dari bambu dan kayu sederhana, namun penuh dengan semangat kebersamaan. Cat merah dan putih mendominasi, diselingi tulisan-tulisan kreatif tentang kemerdekaan. Di beberapa rumah, para ibu terlihat menyiapkan makanan ringan untuk menemani para bapak dan pemuda yang masih bekerja.
“Setiap tahun kita selalu semangat bikin gapura, tapi tahun ini lebih spesial karena Indonesia merayakan HUT ke-80. Jadi, kami ingin membuat suasana meriah sejak pintu masuk desa,” ujar Beni Irawan, Kepala Desa Cirumput, sambil mengawasi warganya yang tengah sibuk menghias.
Menurutnya, tradisi membuat gapura bukan sekadar mempercantik kampung, melainkan simbol persatuan.
“Kerja gotong royong ini mencerminkan jiwa kemerdekaan. Semua warga, dari anak-anak sampai orang tua, ikut terlibat. Inilah cara kita mengenang perjuangan para pahlawan,” tambah Beni.

Malam harinya, ketika lampu bohlam dipasang di atas gapura, suasana desa makin semarak. Jalanan yang biasanya gelap kini bersinar dengan cahaya lampu warna-warni. Umbul-umbul berderet panjang seperti menyambut tamu agung.
Semangat kemerdekaan begitu terasa. Di Desa Cirumput, bukan hanya gapura yang dibangun, tapi juga rasa kebersamaan yang semakin kokoh, seakan menyatukan hati seluruh warga Indonesia jelang peringatan HUT RI ke-80. (Fadilah Munajat)
Comment