Jalan Rusak di Pamoyanan–Cimaskara, Warga Bertahan di Tengah Ketidakpastian

Keterangan Foto : Beginilah potret nyata jalan Pamoyanan–Cimaskara di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berbatu dan penuh lubang, seolah dilupakan oleh waktu. Di tengah gemuruh pembangunan, warga di sini terus melangkah di atas jalan yang retak harapan. Mereka menanti, berharap setitik perhatian dari pemangku kebijakan, agar mimpi akan akses layak tak hanya jadi angan di tengah sunyi.

Wartacianjurnews.com – Debu berterbangan saat sepeda motor melintas pelan di atas jalan yang penuh lubang dan bebatuan tajam. Inilah potret harian yang harus dihadapi warga di sepanjang jalan penghubung Pamoyanan–Cimaskara, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur. Sudah bertahun-tahun mereka bersabar, namun hingga kini belum juga ada tanda-tanda perbaikan dari pihak berwenang.

Keterangan Foto : Beginilah potret nyata jalan Pamoyanan–Cimaskara di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berbatu dan penuh lubang, seolah dilupakan oleh waktu. Di tengah gemuruh pembangunan, warga di sini terus melangkah di atas jalan yang retak harapan. Mereka menanti, berharap setitik perhatian dari pemangku kebijakan, agar mimpi akan akses layak tak hanya jadi angan di tengah sunyi.

Jalan ini bukan sekadar jalur lokal atau jalan desa. Statusnya adalah jalan kabupaten, artinya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Namun ironisnya, kondisi jalannya justru lebih mirip jalan setapak di pelosok. Aspal sudah lama menghilang, digantikan kerikil dan kubangan lumpur saat musim hujan tiba.

“Kalau hujan, susah lewat. Kalau panas, debunya masuk rumah. Sudah lama begini, tapi belum ada yang datang lihat,” ujar Dedi (45), seorang warga yang sehari-hari melewati jalan ini untuk mengantar anaknya ke sekolah.

Bagi warga, jalan bukan sekadar fasilitas, tapi juga harapan. Harapan agar roda ekonomi desa terus berputar, agar anak-anak bisa sekolah dengan aman, dan agar akses ke fasilitas kesehatan tidak terhambat.

Beberapa warga bahkan sudah gotong royong menutup lubang jalan dengan tanah dan batu sekenanya, tapi usaha itu tak bertahan lama. Hujan dan kendaraan berat kembali menghancurkannya.

“Kami hanya ingin didengar dan dilihat. Jalan ini bukan jalan kecil, tapi kenapa dibiarkan seperti ini?” tambah Siti (38), seorang ibu rumah tangga yang kerap kesulitan membawa hasil panennya ke pasar.

Kini, warga hanya bisa berharap agar pemerintah segera turun tangan. Jalan ini adalah urat nadi desa, dan selama ia rusak, denyut kehidupan masyarakat pun ikut tersendat. (Fadilah Munajat)

Comment