Wartacianjurnews.com – Setiap tanggal 10 Muharram, senyum-senyum kecil menghiasi wajah-wajah polos anak-anak yatim di berbagai pelosok Indonesia. Di tengah suasana religius yang khidmat, mereka melangkah dengan baju terbaik yang mereka miliki, menyambut sebuah hari yang oleh sebagian masyarakat disebut sebagai “Lebaran Anak Yatim.”
Bukan tanpa alasan, 10 Muharram atau Hari Asyura telah lama menjadi momentum bagi umat Islam untuk berbagi cinta dan kepedulian terhadap anak-anak yang telah kehilangan orang tua. Dalam banyak tradisi di Indonesia, terutama di desa-desa dan lingkungan pesantren, hari ini menjadi waktu istimewa bagi anak-anak yatim, mereka tidak hanya mendapat santunan materi, tetapi juga pelukan hangat dan doa tulus dari para tetangga dan dermawan.
Di sebuah mushola kecil di Kampung Cisalak, Desa Sukawangi, Kecamatan Warungkondang, Cianjur, puluhan anak berkumpul duduk bersila. Di hadapan mereka, kotak-kotak nasi dan amplop kecil tersusun rapi. Seorang ibu berkerudung lembut mengusap kepala seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun. Bocah itu tersenyum, seakan rasa rindunya pada ayah yang telah tiada sedikit terobati oleh sentuhan kasih itu.
Menurut sebagian ulama, menyantuni anak yatim di Hari Asyura adalah amalan yang sangat dianjurkan. Sebuah hadis menyebutkan, “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, maka Allah akan mengangkat derajatnya dengan setiap helai rambut yang diusap.” Meskipun sanad hadis ini masih diperdebatkan, semangat kemanusiaannya tetap menggema kuat di hati masyarakat.
“Ini bukan soal tradisi atau kewajiban, tapi soal cinta dan empati,” ujar Pak Rudi, tokoh masyarakat di Sukawangi yang rutin menggelar acara santunan setiap Muharram. “Kita hanya ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri.”
Meskipun disebut “lebaran”, tak ada takbiran atau ketupat di sini. Tapi ada tawa lepas, pelukan hangat, dan perasaan dicintai yang barangkali jauh lebih membekas di hati anak-anak itu. Di hari yang mulia ini, mereka merasa istimewa, seakan dunia datang untuk mendengarkan cerita mereka dan menenangkannya. (Fadilah Munajat)
Comment